Minggu, 19 Desember 2010

Christmas, how i miss...

Mungkin akan banyak orang akan bertanya mengenai judul tersebut. Terutama mengenai Agama saya, yup saya Islam dan saya akan kembali mempertanyakan apabila ada orang yang bertanya seperti itu. Ada yang salah dengan membuat tulisan mengenai agama orang lain? terlalu fasis menurut saya.
Natal memang terkesan memberikan energi positif baik untuk orang orang yang merayakannya ataupun tidak. Seperti saya, saya punya kenangan yang sentimental mengenai Natal. Dari kecil samapi umur 10 tahun saya tinggal di kota Semarang. Saat itu saya beragama Katholik, dan saya bersekolah di yayasan Katholik. Saya cuma bersekolah sampai kelas 3, sebelum saya dan nenek saya memutuskan pindah ke Blora. Berbicara mengenai Natal, yang tidak berubah adalah tayangan televisi yang ramai, baik film kartun maupun film biasa. Beberapa kali saya pernah mengikuti acara keagamaan, dan berdoa di Gereja. Natal juga mengingatkan saya mengenai kota kelahiran saya, Semarang...yup Februari lalu saya pun kemabali ke Semarang untuk ziarah kepada leluhur saya. Lalu saya berkeliling terutama ke sekolah saya dulu, Yayasan Bernadus. Sungguh tidak ada ynag berubah, nuansanya, rindangnya pohon seperti saat saya kembali ke masa lalu, kenangan hidup di Semarang bersama Alm. Mbah ti :') .
Saat ini saya pun masih suka menunggu kapan Natal tiba, heheheh nuansanya membuat saya suka tersenyum untuk melihat ke belakang dari mana saya berasal. Lalu juga keluarga kami yang cukup dekat dengan teman teman Mama yang kebanyakan beragama Kristen maupun Katholik, yah kita memang sangat demokrasi dengan latar belakang agama orang lain, begitupun dengan dita sendiri, bagaimana saat itu saya memutuskan untuk menjadi Mualaf' toh orang tua saya ikut mendukung, karena ibu say juga seorang Mualaf. Kamu merasakan toleransi antar tetangga yang beragam non muslim, seperti mengunjungi mereka dengan Opor ayam saat Lebaran. Begitupun mereka saat Natal suka mengirim kue kue Natal ke rumah kami.
Tapi yang terjadi belakangan ini, seakan membuat saya sedih, bagaimana teman teman non muslim kita susah sekali untuk beribadah, kadang harus berhadapan dengan birokrasi mengenai pembangunan gedung. Lalu belum lagi aksi premanisme yang selalu membuat mereka was was. Ya ampun ,sesusah inikah orang untuk beribadah, kadang saya berfikir di mana toleransi kita? kenapa kita berubah menjadi "kanibal" bagi saudara saudara kita?
Sebantar lagi Natal tiba, semoga untuk ke depannya tidak ada lagi kejadian seperti ini, cukup mereka bukan musuh kita, tapi kita harus melawan musuh yang "sebenarnya"

-Fajar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar